HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN PENERIMAAN ORANG TUA TERHADAP ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
DOI:
https://doi.org/10.37294/jrkn.v4i2.247Keywords:
Retardasi Mental, Penerimaan orang tuaAbstract
Pendahuluan : Orang tua tentu mengharapkan memiliki anak yang sehat dan dapat berkembang dengan baik. Akan tetapi terkadang tidak semua anak dapat lahir dengan kondisi sehat. Kelahiran seorang anak yang memiliki kebutuhan khusus tentunya dapat menjadi beban bagi keluarga itu sendiri sehingga dapat mempengaruhi penerimaan orang tua terhadap anak itu sendiri. Permasalahannya adalah kebanyakan penelitian yang dilakukan terkait factor yang mempengaruhi penerimaan orang tua terhadap anak berkebutuhan khusus masih terfokus pada salah satu factor dan belum menjelaskan factor dominannya.
Metodologi : Metode yang digunakan pada penelitian adalah korelasi analitik. Responden pada penelitian ini adalah orang tua anak berkebutuhan khusus di 3 SLB wilayah Propinsi Bali dengan jumlah sampel sebanyak 76 responden. Variable diukur menggunakan kuesioner. Pengujian hipotesa dilakukan dengan Spearman Rho.
Hasil : Hasil analisa hubungan didapatkan ada hubungan yang bermakna antara pendidikan dan penerimaan orang tua terhadap anak retardasi mental dengan nilai signifikan P= 0,000, nilai r = 0,612 dan arah korelasi kedua variabel bersifat positif (+).
Diskusi :  Kurangnya pengetahuan dan informasi merupakan faktor yang sangat berpengaruh pada penerimaan anak retardasi mental dimana tingkat pendidikan yang tinggi akan lebih mudah mencari informasi dan memahami masalah yang dialami oleh anak dan mencari penyembuhan. Penerimaan orang tua adalah perasaan atau perilaku orang tua yang dapat menerima keberadaan anaknya tanpa syarat seperti rasa sayang, kelekatan, kepedulian, dukungan dan pengasuhan. faktor penyebab keluarga tidak menerima anak mereka disebabkan karena keluarga tidak memiliki informasi, pengetahuan dan kesiapan dalam menerima anak mereka. Hal ini yang menyebabkan saat anak mereka lahir dan mengalami tumbuh kembang yang tidak normal, keluarga menganggap mereka adalah anak yang merepotkan dan aib dalam keluarga. Selain itu sikap tidak menerima kehadiran anak dengan retardasi mental juga dipengaruhi oleh penolakan dari lingkungan sosial yang beranggapan bahwa mereka adalah hambatan dalam masyarakatDownloads
References
Puspitasari. L (2016). Hubungan Peran Orangtua Dengan Perkembangan Interaksi Sosial Pada Anak Autis Di Pusat Layanan Autis Kota Denpasar (Skripsi) STIKES Bina Usada Bali.
Salmiah. (2013). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Retardasi Mental. Jakarta : Rineka Cipta.
Setyaningsih. W (2016). Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Perkembangan Sosial Anak Retardasi Mental di SLB Harmoni Surakarta. Jurnal Kesehatan,
Depkes. (2018). Riskesdas. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan, Republik Indonesia. 2018. Dari http://www.litbang.depkes.go.id
Donsu. (2017). Psikologi Keperawatan. Yogyakarta : Pustaka Baru Press.
Cahyani. A. R. (2015). Penerimaan Diri Ibu Dengan Anak Berkebutuhan Khusus Di Mojokerto.
Amaya A. C. A & Tomasini. G.A. (2014). Fostering Awareness and Acceptance of Disability in Mexican Mothers of Autistic Children. Psychology, 5, 1355-1365. doi:10.4236/psych.2014.511146.
Lestari A.P. & Nuraini T. (2013). Tingkat Pendidikan Orang Tua Mempengaruhi Kemampuan Orang Tua Dalam Melatih Perawatan Diri Anak Tunanetra. Jurnal Ilmu Keperawatan.
Febrian. I. (2017). Self-Compassion dan Stres Pengasuhan Ibu Yang Memiliki Anak Dengan Hambatan Kognitif.
Siti S. (2010). Retardasi mental. Fakultas kedokteran gigi Universitas Sumatera utara medan.
Sularyo .T.S. &Kadim M. (2016). Retardasi mental. Jakarta: Seri Pediatri.
Nursalam & Effendi. (2008). Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba medik.
Elianto. H. & Hendriani. W. (2013). Hubungan Kecerdasan Emosi dengan Penerimaan Ibu terhadap Anak Kandung yang Mengalami Celebral Palsy. Jurnal Psikologi Pendidikan Dan Perkembangan. pada 25 Oktober 2018.
Moningsih. I. (2012). Penerimaan Orang Tua pada Anak Mental Retardation. Diakses pada 25 Oktober 2018.
Sarasvati (2011). Meniti Pelangi : Perjuangan Seorang Ibu yang Tidak Kenal Menyerah dalam Membimbing Putranya Keluar dari Belenggu Adhd dan Autisme. Jakarta : Elex Media Computindo.
Irwanto. (2015). Parent Parental Acception-Rejection Questionnaire (Parent PARQ). Atmajaya Catholic University
Rosnawati A. (2013). Pendidikan anak berkebutuhan khusus tunagrahita. Jakarta: Luxima.
Lukaningsih. Z.& Bandiyah. S. (2011). Psikologi Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.